pentingkah bagi kamu game untuk kehidupan kamu

Cari Blog Ini

Jumat, 12 Februari 2010

bisikan suara jenazah


Kisah misteri ini menimpa teman mainku ketika kecil. Peristiwanya sendiri sih udah lebih lima belas tahun yang lalu. Tepatnya di tahun 80-an akhir. Sebagai seorang yang mempunyai hobby balap motor, temanku Herry sudah sangat terkenal di daerah Jogja selatan. Hampir setiap ada balapan liar, bisa dipastikan Herrylah pemenangnya.


Entah sudah naasnya, atau motornya yang tidak begitu bagus. Pas, balapan di daerah Pantai Samas temanku tersebut tidak mampu lagi menguasai motornya. Akhirnya, pohon asem besar itu mengakhiri kejagoannya dalam serkuit balap liar. Dia tewas ketika umurnya menginjak 17 tahun tepat.



Sebagaimana lazimnya di daerahku, jenazah tidak langsung dikuburkan, tapi menginap untuk dimakamkan keesokan harinya. Sehingga praktis malam itu jenazahnya ditunggui tetangga dan teman-temanya, termasuk aku yang merupakan sahabat karibnya.

Untuk membunuh waktu sekaligus menghilangkan kantuk, kami penunggu jenazah bermain kartu remi. Meskipun hanya kecil-kecilan kami juga melakukan taruhan, dimana yang menang akan membagi sekitar 10 persen untuk keluarga mendiang yang disebut dengan cuk.

Pada awalnya, ada tiga sampai empat kalangan yang membuka permainan remi. Namun, dengan semakin malam peserta satu demi satu pulang, dan yang tidak betah ‘melek’ memilih tidur di ruangan lain. Sampai akhirnya tinggal kami berlima yang tetep narik dan menunggui jenazah Hery.

Permainan tambah asyiik, dan silih berganti yang menang. Kami semakin lupa waktu. Pas pukul 01.30 temanku Hadi dengan tergopoh-gopoh pamit, kami berempatpun tidak perduli. Karena pada saat itu ada satu orang yang ikut bergabung lagi, jadi kami tetap bermain dengan lima orang. Namun, satu demi satu temanku pada pamit pergi dengan suara ketakutan.

Aku yang waktu itu sedang kalah berat, tambah emosi dan tetap ingin terus main kartu tanpa lihat kanan dan kiri lagi. Sampai akhirnya, tinggal kami berdua yang main kartu, pada waktu itu aku sebetulnya sudah curiga dengan perubahan hawa ruangan yang tiba-tiba dingin sementara bau dupa yang begitu menyengat kadang timbul tenggelam sayup-sayup menyengat hidung. Namun, karena aku pada waktu itu sedang kalah cukup besar tetap ingin mengembalikan modal.

Pas giliran aku menata kartu, tiba-tiba pasanganku main nyletuk,”Er, kartunya segera dibagi,” mendengar cletukan itu aku kaget, karena suara dan intonasinya sama persis dengan suara almarhum temanku yang terbujur kaku di sebelah. Spontan aku melihat ke arah lawan mainku, dan betapa terkejutnya melihat temanku Hery, menyeringai lengkap dengan balutan kain kafan plus rona merah, dari rembesan darah di sekujur mukanya.

Langsung seluruh pandanganku menjadi hitam pekat, dan tidak ingat apa-apa lagi. Paginya, aku ditemukan teman-teman pingsan tak jauh dari posisi jenazah Herry. Setelah sadar, dan bisa bercerita apa yang terjadi, seluruh teman-temanku pun maklum karena hampir semua teman-temanku pun melihat kemunculan Herry tadi, bahkan faktor itulah yang membuat mereka satu per satu lari meninggalkan gelanggang tadi malam. Pantesan, eh rupanya Herry masih ingin kumpul dengan kita semua.

Tidak ada komentar: